Minggu, 05 Februari 2012

asal usul kekuatan tubuh manusia

Lewat pemaparan yang diambil dari ilmu shahadat majmal dengan pendalaman arti yang terkandung di dalamnya, sesungguhnya asal usul manusia diciptakan dari sifat tanah yang dibentuk sangat sempurna oleh keagungan sifat AF’ALULLAH. Dari kesempurnaan ini manusia juga diberi kelebihan berbagai macam pengetahuan dan ilmu yang sangat luas jauh sebelum Allah SWT menciptakan wujud bumi yaitu, leawat nur Muhammad SAW, yang sudah diciptakan terlebih dahulu di alamul Jannah Majazi / Surga Majazi. Dengan ke Esaan dan ke agungan-Nya, Allah SWT menciptakan manusia dengan segudang kelebihan dan kesempurnaan bentuk yang memadai. Bahwa jutaan tahun sebelum perintah sholat diwajibkan untuk umat di dunia, lewat wasilah yang disampaikan oleh utusan terakhir Muhammad SAW, Allah SWT sudah menerapkan arti sholat tersebut ke tubuh manusia disaat bentuk manusia baru diciptakan. Seperti saat menciptakan bentuk daging, Allah SWT menciptakannya dengan asma takbiratul ikrom (Allahu Akbar) juga tatkala membuat bentuk napas, Allah SWT, menciptakannya dengan Asma ruku (Subhanarobbiyal adzimi wabihamdih) lalu disaat menciptkan bentuk tulang-belulang, Allah SWT, juga menciptakannya dengan asma, sujud (Subhanna robbiyal a’laa wabihamdih) dan disaat menciptakan bentuk “kulit” Allah SWT menciptakannya dengan asma “lungguh” (Robbigfirli warhamni wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa’afini wa’ fu ani) Lewat sebuah kesempurnaan yang dimiliki oleh tubuh manusia, akhirnya Allah SWT, memberika tugas mulia kepada makhluk ciptaan-Nya yaitu, dengan bersaksi kalimah syahadat, berpedoman pada kewajiban sholat, mengikhlaskan harta bendanya untuk tujuan mulia, mengisi badan lewat jalan berpuasa dan mensucikan diri lewat kebersihan haji. Dari struktur yang diserap oleh tubuh manusia, Allah SWT, juga menciptakan bentuk kekuatan yang menjadi prioritas sifat manusia itu sendiri, yaitu dengan berbagai macam bentuk ilmu. Nah, dalam bentuk ilmu ini Allah SWT, memberikannya suatu sifat cahaya api dalam setiap tubuh manusia. Seperti halnya sifat cahaya Allah SWT menempatkan dalam bentuk keyakinan, kekuatan bathin, penghayatan ilmu bersifat Robbani dan Derajat menuju khusnul khotimah. Sedangkan api sendiri di tempatkan dalam sifat manusia sebagai semangat hidup yang bermanfaat. Seperti semangat dalam mencari duniawiyah, ilmu yang menjadi landasan hidup, keras dalam disiplin, tegas dalam menegakkan prinsip, luwes dalam menata ilmu bersifta supranatural dan lain sebagainya. Dalam pengasahan sifat cahaya dan api ini manusia pada akhirnya akan bisa bentuk wujud ilmu yang nyata, seperti, ilmu supranatural dan dhaukiyatul ma’arif. Tentunya dengan dibantu semangat yang tinggi, tekad membaja, keyakinan yang memadai dan menjauhkan dari kemalasan. Beda dengan pemaparan yang ada dalam kitab “Mizanul Qubro”. Kitab ini secara luas menerangkan, bahwa dalam kesempurnaan yang terdapat dalam tubuh manusia, Allah SWT, memberikan kapasitas lebih, yaitu dengan memberikan keluasan ilmu pada 6 tingkat yang diambil dari sifat alam. Diantara 6 tingkat sifat alam tersebut, diantaranya, Gunung, Besi, Api, Air, Angin dan Hawa / Ikhlas.
  1. Gunung. Mencerminkan bentuk yang kokoh dari tubuh manusia yang sangat kuat. Dari sifat gunung ini pula manusia dapat menampung segala ilmu dan bisa menahan segala badai, mara bahaya dan azab-azab kecil dari peringatan Allah SWT, serta bisa menjauhkan dari berbagai hal yang tidak diinginkan lewat do’a-do’a tulus dari hati yang selalu dibawanya sejak lahir hingga tutup usia. Dari sifat ini juga manusia mulai ditugaskan oleh Allah SWT, untuk mengenal arti ilmu yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah. Terutama dalam keluasan akal dan penghayatan bathin menuju tahkikul ilmi / wujud dari semua bentuk ilmu, sehingga dengan adanya bentuk tubuh ini apapun bisa diraihnya sebagai suatu keberhasilan hidup yang diinginkan. Namun dalam kenyataannya, sifat gunung yang terdapat dalam diri manusia ini belumlah sempurna, sebab sifat gunung sendiri kalah sifat “Besi”.
  2. Besi. Mencerminkan bentuk yang keras dari sifat manusia di dalam segala hal, sebab dalam hal pemaparan ilmu pengetahuan alam sendiri jelas ditegaskan, bahwa sifat besi lebih keras dari sifat yang terdapat dari wujud perbatuan. Lewat sifat besi ini, manusia mulai dituntut untuk memegang peranan dalam kedisiplinan dan penataan hidup secara akurat, baik dalam memulai suatu karir atau pembelajaran masalah keilmuan. Namun dalam pandangan ahli sufi, sifat besi ini yang terdapat dalam diri manusia adalah perjalanan awal menuju apapun keinginan yang dimaksud untuk bisa tercapai, hanya saja dalam menginginkan sesuatu yang lebih, manusia tidak boleh berhenti hanya disifat ini, melainkan harus menapaki ilmu yang lebih tinggi. Sebab sifat besi masih kalah dengan sifat api.
  3. Api. Mencerminkan sifat berani yang terdapat dalam diri manusia. Maksud dari sifat api di sini, adalah pembentukan dari 4 sifat asal yang terdapat dalam struktur watak manusia (nafsu hak, nafsu hawa, nafsu syaithoniyah, dan nafsu muthmainnah). Dari keempat nafsu ini manusia dituntut untuk mengendalikan nafsu-nafsu tersebut menuju sifat yang positif. Seperti, membangun badan kita lewat semangat berdzikir, semangat dalam mencari ilmu, semangat dalam memohon dan semangat dalam menorehkan segala bidang, baik yang besifat ril maupun bersifat bathiniyah. Sebab asal usul sifat api yang diciptakan oleh, Allah SWT, sebagian besar diarahkan ke sifat semangat sebagai pembakaran diri menuju bentuk kesuksesan di kemudian hari. Hanya saja dalam merilis kehidupan yang lebih mapan, setiap manusia dituntut untuk terus mencari apa yang menjadi keinginan selanjutnya yang lebih tinggi. Sebab dalam pandangan ahli sufi sendiri menilai sifat ini sebagai tingkat pemula dalam pengenalan ilmu Allah SWT, menuju derajat yang lebih mulia. Sebab sifat api masih bisa dikalahkan dengan sifat air.
  4. Air. Mencerminkan sifat kelembutan yang terdapat dalam diri manusia. Sifat ini menurut ahli sufi disebut dengan istilah “Thoriqul Qolbi / penataan hati”. Sebab bila seorang telah mencapai sifat ini, niscaya apapun bentuk ilmu akan bisa diwujudkan secara nyata. Karena sifat air bisa menyatu dimanapun ditempatkan, baik ditanah, bebatuan, pohon, langit, dan lain-lainnya. Seperti halnya sifat ilmu yang terserap ditubuh manusia karena keluasan akal dan penghayatan bathin yang tinggi. Sifat air ini akan mudah menyerap di berbagai bentuk ilmu yang diinginkan, sehingga tanpa sadar, lambat laun diri kita akan menjadi hamba Allah SWT, yang mempunyai banyak kelebihan, terutama dalam hal ilmu bathiniyah. Hanya saja sifat air ini harus terus diasah hingga sampai menuju sifat ilmu yang lebih tinggi. Karena sifat air disini masih kalah dengan sifat yang terdapat dari wujud angin.
  5. Angin. Mencerminkan keluasan ilmu dalam diri manusia secara menyeluruh. Sebab angin disini disebut sebagai sifat raja dari semua sifat alam. Seperti halnya kekuasaan seorang raja diraja, sifat angin ini bisa mengontrol dan mengatur segala sifat alam. Seperti, mampu merobohkan kekuatan gunung, menerbangkan sifat bumi, membesarkan sifat sifat api dan menarik sifat air yang menjadikannya lautan air bah. Dalam sifat ilmu, angin ini disebut juga dengan sifat Ma’rifatillah, dimana sifat Ma’rifatollah ini adalah wujud kesempurnaan dari bentuk pemahaman manusia dalam mengolah segala hal bidang ilmu bersifat Robbani yaitu, lewat sebuah pemahaman, kesolehan, kezuhudan, menjauhkan sifat duniawiyah dan hanya difokuskan dalam satu tujuan, yaitu, hanya mengenal kebesaran Allah SWT. Namun dalam keluasan secara hakiki, sifat seperti ini belum dikatakan sempurna sekali sebab masih ada yang mengalahkannya, yaitu sifat ikhlas.
  6. Hawa / Ikhlas. Mencerminkan kebersihan hati yang terdapat dalam diri manusia sifat ikhlas sendiri menurut para sufi disebut sebagai “Kamil Baenassama, wal ard” / kesempurnaan ilmu yang mampu menguasai antara langit dan bumi. Dalam hal  kesempurnaan sifat ilmu, sifat ikhlas di sini adalah penggabungan seluruh sifat alam yang sudah dikuasai secara lahir dan bathin, sehingga baik dari ucapan, tingkah laku maupun keinginan kita akan terkabul dengan sendirinya seiring kedekatan hati dengan sifatullah, Afalullah, dzatullah kian menyatu.
Dengan segala pembedaran sifat alam tadi, pada intinya adalah untuk mengajak manusia hidup, bahwasanya, semua ini bisa tercapai , apabila manusia itu sendiri mau berkorban untuk semangat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tingkatan demi tingkatan yang harus dilaluinya.
Nah, semoga dengan pemaparan yang Misteri berikan, kita semua menjadi paham dan mau menjalankan apa yang menjadi tuntutan hidup kita sendiri. Amiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar